BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran
a. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu reaksi
oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang
disertai dengan timbulnya api/penyalaan
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3
unsur : bahan yang dapat terbakar; suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar
(O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah
bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya, dengan dilakukan melalui
identifikasi bahan bakar tersebut. Adapun tiga elemen tersebut adalah :
1.
Oksigen
Dalam udara
normal, kandungan oksigen adalh sebanyak 20 % dimana dapat dilepaskan oleh zat
kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat.
2.
Bahan bakar
Bahan bakar yang
dimaksud disini adalah bahan apa saja yang dapat terbakar, diantaranya :
a.
Dalam bentuk padat, semakin kecil
bentuknya, semakin mudahlah bahan tersebut menyala.
b.
Dalam bentuk cair, semakin rendah titik
nyalanya, semakin mudahlah bahan tersebut menyala.
c.
Dalam bentuk gas dengan kosentrasi yang
diperlukan dalam batas penyalaan.
3.
Penyalaan
Penyalaan yang
disebabkan oleh berbagai sumber yang akan menaikkan temperature diatas titik
nyala yang meliputi :
a.
Putung rokok
b.
Percikan listrik dan hubungan singkat
c.
Listrik static
d.
Perlengkapan yang memanas dan bantalan
yang mengalami panas berlebih
e.
Pipa pemanas
f.
Percikan api dari operasi pengelasan
atau pembakaran.
Ketiganya
merupakan tiga syarat munculnya api. Segitiga api (fire triangle) ditunjukkan
dalam diagram dibawah ini
Bahan
bakar penyalaan
Oksigen
Gambar 1.
Segitiga api
Pemindahan Kalor.
Perpindahan Kalor dapat melalui :
1. Konduksi yakni perpindahan kalor
melalui atau sepanjang material
2. Konveksi yakni kalor dibawa oleh
udara panas yang membubung
3. Radiasi yakni pancaran sinar
inframerah dengan panjang gelombang besar
Rambatan
Api
Api yang terjadi dapat
merambat dengan mudah yakni dengan cara :
1. Melintasi
ruang terbuka.
Normalnya
menyebar lewat sisi atas, oleh sebab itu sediakanlah ventilasi atas / penyedot
untuk mengeluarkan api keluar gedung serta membagi area dalam kompartemen api
2. Melalui
celah atau lubang di dinding penghalang api (fire-break barrier)
Pastikan
seluruh celah di dinding penghalang api disumbat dengan bahan tahan api
khususnya di sekitar jalur masuk pipa dan kabel serta pastikan pintu-pintu
penghalang api (fire break doors) selalu tertutup atau memiliki sarana untuk
menutupnya secara otomatis jika terjadi kebakaran.
3. Disepanjang
saluran dan sumuran roil yang didalamnya terdapat cairan mudah terbakar (udah
menyala) dan gas yang lebih berat dari udara yang dapat mengalir.
Untuk
tumpahan cairan : pasangilah tanggul di sekeliling penampungan dan gunakn
butiran – butiran absorbe yang sesuai
Sedangkan
untuk gas dan uap yang lebih berat dari udara, pastikan area tesebut memiliki
ventilasi yang baik di sisi bawah
4. Melintasi
permukaan debu di atas langit-langit
Peliharalah
kebersihan di atas langit-langit serta pasanglah penahan api di atas
langit-langit
5. Melalui
saluran ventilasi dan pembuangan
Pastiakn
untuk selalu mematikan kipas ventilasi dan menyediakan alat pemadam kebakaran
di saluran pembuangan
6. Sepanjang
lorong
Pasanglah
pintu asap / api yang senantiasa ditutup atau dipasangi system magnetic yang
terhubung ke system alarm pemadam kebakaran
7. Didalam
lorong penggerak lift
Lorong
pegerek yang baik harus selalu tertutup dan memasang pintu / api di landasan
setiap tingkat gedung pada akses ke area kerja dan lorong.
b. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah semua langkah langkah teknis dan
administratif yang diambil untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
kebakaran. Namun jika kebakaran tersebut muncul juga, ukuran dan dampaknya
dibuat sekecil mungkin. Cara yang paling efektif untuk mengurangi dampak
kebakaran tersebut, menurut beberapa penelitian, adalah dengan melakukan
kompartementasi (membuat sekat-sekat). Yaitu membuat volume ruang yang kecil,
mengurangi volume dan permukaan yang mudah terbakar sekecil mungkin di mana api
tidak bisa menjangkau terlalu jauh, terutama tidak bisa masuk atau keluar
(ruangan disebelahnya yang tidak terkena langsung).
Perlindungan
terhadap kebakaran pada bangunan bertujuan agar penghuni ruangan yang terkena
kebakaran dapat menyelamatkan diri dengan aman. Untuk tuijuan tersebut, para
profesional telah mencari langkah-langkah untuk pengaturan pada bangunan dan
cara penyelamatannya. Prinsip dasar perlindungan terhadap kebakaran tersebut
adalah sebagai berikut:
§ Pembatasan
besar dan lamanya kebakaran, yaitu dengan membatasi benda yang terbakar;
§ Pembatasan
resiko penyebaran api, yaitu dengan mengatur penggunaan bahan-bahan yang mudah
terbakar dan jaringan yang mungkin sumber resiko kebakaran (sepertti instalasi
listrik, gas, dan pemanas);
§ Petunjuk
pengevakuasian dari kebakaran, sehingga semua orang dapat meninggalkan gedung
dalam waktu singkat dan sekaligus dapat mengambil langkah-langkah untuk
melindungi orang yang dievakuasi;
§ Petunjuk
pemadaman api. Jika memungkinkan untuk memadamkan api sejak awal atau sebelum
membakar jalan evakuasi.
Prinsip
perlindungan tersebut tertuang dalam Peraturan Konstruksi dan Perumahan yang
ditetapkan oleh Keputusan 31 Januari 1986 tentang penanggulangan kebakaran pada
bangunan perumahan. Peraturan tersebut mencakup bidang konstruksi, sarana dan
peralatan teknis. Perlindungan tersebut dapat berupa perlindungan
"pasif": seperti dinding tahan api, pelindung tangga, dan lain
sebagainya. Atau perlindungan "aktif" seperti detektor asap, alat
pemadam, penghilang asap, layanan pemeriksaan. Peraturan keselamatan diwajibkan
untuk bangunan perumahan yang tegabung dalam gedung publik (ERP) dan gedung
bertingkat tinggi. Dalam peraturan konstruksi, dikatakan bahwa izin mendirikan
bangunan (IMB) dapat dikeluarkan hanya jika konstruksi atau rencana pekerjaan bangunan
sesuai dengan peraturan keselamatan menurut klasifikasinya.
Sistem Proteksi Pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
yang berbasis pada desain struktur dan arsitektur sehingga bangunan gedung itu
sendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat menghambat
penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran. (Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung).
Sistem Proteksi Aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi dan alarm kebakaran,
sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem
hidran, hosereel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan. (Pasal 17 Angka
3 UU Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung).
Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar
tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan
kebakaran mengandung 2 pengertian, yaitu:
1.
Penyalaan
api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi penyalaan api.
Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan bahan mudah
terbakar pada ruang khusus ,membuat aturan pencegahan kebakaran,
memasang rambu dilarang merokok, dan lain - lain.
2.
Penyalaan
api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api
tidak terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah mengatur nyala api di dalam
ruang tempa, ketel uap, dapur pemanas dll.
Sedangkan
pencegahan kebakaran menurut kepmen No.186/Men/1999 adalah mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi :
a.
Pengendalian
setiap bentuk energy.
b.
Penyediaan
sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi.
c.
Pengendalian
penyebaran asap, panas, dan gas.
d.
Pembentukan
unit penanggulangan kebakaran secara berkala,
e.
Memiliki
buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Dalam hal ini dapat diklasifikasikan
penyebab dan tindakan pencegahan yakni:
Penyebab Kebakaran
|
Tindakan Pencagahan
|
Kebersihan
tidak terjaga
|
Pembersihan
yang teratur perlu dilakukan dengan membuang sampah ketempat yang sesuai.
|
Kelistrikan
|
Jangan
membebani sirkuit melebihi batas, pastikan sekering beroperasi pada arus yang
tepat.; menyediakan system pendingin yang memadai.
|
Pipa
pemanas
|
Pastikan
semua material yang mudah terbakar disimpan jauh dari pipa.
|
Pengelasan
dan pemotongan dengan gas
|
Pindahkan
material yang mudah terbakar dari area kerja
|
Merokok
|
Menyediakan
ruang khusus perokok
|
Minyak
dan zat pelarut
|
Disimpan
diluar ruangan; digunakan secukupnya untuk keperluan pekerjaan, menggunakan
wadah anti tumpah untuk pemindahannya, dan menggunakan sambungan pembumian
saat pemindahan.
|
2.2 Jenis Bahan Bakar
Bahan bakar dapat dibedakan dari jenis, titik nyala
dan potensi menyala sendiri. Bahan bakar yang memiliki titik nyala rendah dan
rendah sekali harus diwaspadai karena berpotensi besar penyebab kebakaran.
Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan yang memadai : penyimpanan dalam
tabung tertutup, terpisah dari bahan lain, diberi sekat dari bahan tahan api,
ruang penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi yang cukup serta dipasang
detektor kebocoran.
Selain itu kewaspadaan diperlukan bagi bahan-bahan
yang berada pada suhu tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan yang jika
bertemu dengan air menghasilkan gas yang mudah terbakar (karbit), bahan yang
relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu kering, kertas, plastik,cat,
kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang mudah meledak
pada bentuk serbuk atau debu.
Sumber Titik Nyala
Sumber titik nyala yang paling banyak adalah api
terbuka seperti nyala api kompor, pemanas, lampu minyak, api rokok, api
pembakaran sampah dsb. Api terbuka tersebut bila memang diperlukan harus
dijauhkan dari bahan yang mudah terbakar. Sumber penyalaan yang lain : benda
membara, bunga api, petir, reaksi eksoterm, timbulnya bara api juga terjadi
karena gesekan benda dalam waktu relatif lama, atau terjadi hubung singkat
rangkaian listrik.
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali. Sedangkan
penanggualangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energy,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
· JANGAN
MENGGUNAKAN STEKER BERLEBIHAN
· SAMBUNGAN KABEL
HARUS SEMPURNA (TAATI PERATURAN PLN)
|
HATI-HATI MENARUH
LILIN DAN OBAT NYAMUK (BERI ALAS YANG TIDAK MUDAH TERBAKAR)
|
2.3 Klasifikasi Kebakaran
Berdasar
Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran
menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam
kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah :
1.
Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu
kebakaran bahan padat kecuali logam, seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik,
karet, busa dll. yang sejenis dengan itu.
2.
Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu
kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti : bensin,
aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG dll. yang sejenis dengan itu.
3.
Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu
kebakaran listrik yang bertegangan
4.
Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu
kebakaran bahan logam, seperti : aluminium, magnesium, kalium, dll. yang
sejenis dengan itu.
2.4 Sebab
- sebab kebakaran
Kebakaran karena sifat kelalaian
manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya
kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api;
kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
1. Kelalaian merupakan penyebab terbanyak
peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya : lupa mematikan kompor,
merokok ditempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada
tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain
sebagainya.
2. Kurang
Pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang
pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh
diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan
jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda tanda bahaya
kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan sebagainya.
3. Kebakaran
karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan
gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
4. Kebakaran
karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan
bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah
meledak atau terbakar.
5. Kebakaran
karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan
ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran
dengan jalan bumi hangus.
6. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah
terbakar oleh benda pijar atau nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan.
Semua sumber panas memancarkan gelombang elektromagnetik atau inframerah. Jika
gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energy yang
berubah menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka benda tersebut akan
menyala. Conth kayu yang diletakkan di dekat tungku akan yang pijar akhirnya
akn menyala walaupun tidak dikenai api.
7. Peledakan
uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah
terbakar dengan udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan
pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap
berada dalam batas untuk menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung
kepada bahan yang bersangkutan. Cepat merambatnya api menjalar bergantung pada sifat
zat, suhu dan tekanan udara dan berkisar diantara 1 sampai 2000 m per detik.
Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledakannya.
8. Peledakan
debu atau noktah-noktah zat cair
Debu dari zat-zat yang mudah terbakar
atau noktah cair yang berupa suspense di udara bertingkah seperti campuran gas
dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak
9. Percikan
api
Percikan api yang bertemperatur cukup
tinggi menjadi penyebab terbakarnya campuran gas atau uap dan debu atau udara
yang dapat menyala. Biasanya percikan api tak dapat menyebabkan terbakarnya zat
padatoleh karena tidak cukupnya energy dan panas yang ditimbulkan akan
menghilang di alam benda padat. Percikan api bias jadi terbentuk karena arus
listrik. Dalam hal ini percikan api terbentuk karena adanya hubungan arus yang
putus (korsleting).
10. Reaksi
kimiawi
Reaksi-reasi kiamiawi tertentu
menghasilkan panas dengan akibat terjadinya kebakaran. Factor kuning
teroksidasi sangat cepat, bila bersinggungan dengan udara. Bubuk besi halus
pijar dalam udara dan mungkin akan menimbulkan kebakaran. Kalsium karbida mengurai
secara ekstomis jika terkena air, dan membebaskan gas asetilen yang mungkin
meledak atau terbakar.
11. Peristiwa-peristiwa
lain
Gesekan antar dua benda menghasilkan
panas, yang semakin banyak menurut koifisien gesekan. Manakala panas yang
timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran
mungkin terjadi seperti pada mesin yang kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas
secara adiabatic menimbulkan panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan
terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor tidak didinginkan, atau peledakan
silinder-silinder gas yang bertekanan.
2.5 Peralatan
Pemadaman Kebakaran
Dari strategi pemadaman, ada dua
cara penting yang perlu diperhatikan yaitu:
1.
Teknik
pemadam kebakaran adalah kemampuan mempergunakan alat dan perlengkapan
pemadaman kebakaran dengan sebaik baiknya. Agar menguasai teknik kebakaran
maka seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang penanggulangan
kebakaran , terlatih dan terampil mempergunakan berbagai alat serta
perlengkapan kebakaran.
2.
Taktik
pemadaman kebakaran adalah kemampuan manganalisis situasi sehingga dapat
melakukan tindakan engan cepat dan tepattanpa menimbulkan kerugian yan lebih
besar. Taktikini terkait dengan analisis terhadap unsure – unsure pengaruh
angin, warna asap kebakaran, material utama yang terbakar, lokasi, dll.
Untuk mencegah dan menanggulangi
kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok
untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
1. Perlengkapan dan alat pemadam
kebakaran sederhana
a.
Air, bahan alam yang melimpah, murah dan
tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga air paling banyak
dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan
bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau
slang/pipa karet/plastik.
b.
Pasir, bahan yang dapat menutup benda
terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan
menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember
c.
Karung goni, kain katun, atau selimut
basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau
kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
d.
Tangga, gantol dan lain-lain sejenis,
dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR
meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas
halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen
di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari
tabung karena dorongan gas bertekanan.
Alat ini terdiri dari enam jenis dasar
dengan tabung berwarna merah yang diberi sabuk atau panel berwarna tertentu
untuk mengidentifikasi isinya dan jenis api yang dapat dipadamkannya.
Jenis
subtansi
|
Warna
panel
|
Cocok
untuk
|
Air
|
Merah
|
Material yang mengandung karbon, kayu
kertas, batubara dan sebagainya
|
Busa, termasuk busa pembentuk lapisan
air (AFFF)
|
Krem
|
Material yang mengandung karbon,
cairan yang larut dalam air ataupun tidak.
|
Karbon dioksida
|
Hitam
|
Cairan yang larut dalam air ataupun
tidak; api dalam peralatan listrik
|
Bubuk kering
|
Biru
|
Cairan yang larut dalam air ataupun
tidak; api dalam peralatan listrik
|
Cairan penguap
|
Hijau
|
Cairan yang larut dalam air ataupun
tidak; api dalam peralatan listrik
|
Kimiawi basah
|
Kuning kenari
|
Minyak goring dan lemak
|
Konstruksi
APAR sebagai berikut :
a.
PETUNJUK PEMILIHAN APAR
b. Karakteristik APAR :
· APAR
jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh
karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.
· APAR
hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal
dioperasikan pada suhu kamar
· Waktu
ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8
detik.
· Bila
telah dipakai harus diisi ulang
· Harus
diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.
3. Alat Pemadam
Kebakaran Besar
Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada
pula yang bekerja secara otomatis.
· Sistem hidran mempergu-nakan air sebagai
pemadam api. Terdiri dari pompa, saluran air, pilar hidran (di luar gedung),
boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan
kumparan slang
·
Sistem penyembur api (sprinkler
system), kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran.
·
Sistem pemadam dengan gas.
4.Installed
equipment ( perlengkapan pemadaman yang terpasang).
Pada peralatan pemadaman api yang terpasang terdapat
·
Gulungan selang
Dalam
hal ini dibutuhkan pasokan air yang cukup dan dapat diandalkan, selain itu
jumlahnya cukup untuk menjangkau seluruh area kerja. Jika terjadi keran bocor
usahakan selalu elakukan pengecekan pada selang dan selang dapat diatur agar
dapat mengaktifkan keran air jika selang ditarik.
·
Pemercik (sprinkler)
Biasanya
sprinkle ini digunakan di area beresiko tinggi dimana disukai oleh asuransi
kebakaran dengan tujuan mengurangi premi. Yang mana setiap
·
Gas halogen
Dipakai
dalam perlengkapan kendli listrik dan computer yang dapat menahan api namun
tidak membuang kalor sehingga api dapat muncul lagi ketika gas dimatikan atau
habis.
·
Karbondioksida
Dipakai
dalam gardu induk listrik dan sebagai pelarut dalam mesin cetak, serta
merupakan asfiksian sehingga ruangan harus bebas dari pekerja sebelum gas
dihidupkan.
5.
Hydran
Fire Hydrant Equipment merupakan perlengkapan penunjang dalam sistem jaringan instalasi kebakaran, pada beberapa kasus banyak timbul permasalahan saat sebuah sistem kebakaran diaktifkan, dalam hal ini keluhan sering muncul adanya kebocoran pada perlengkapan yang sudah terpasang.
Fire hydrant minimalis
Fire hydrant minimalis merupakan sebuah sistem pemadam untuk
mengatasi kebakaran yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu fire
hydrant minimalis ini harus ada disetiap bangunan perusahaan, rumah sakit,
maupun bangunan perumahan. Sehingga asset telah dibangun tidak hilang karena
musibah kebakaran. Disamping itu fire hydrant minimalis untuk membantu para tim
pemadam kebakaran ketika mau dipergunakan untuk memadamakan kebakaran. Kegunaan
fire hydrant minimalis selain untuk memadamkan kebakaran, juga digunakan untuk
irigasi pertanian.
Untuk daya tekanan air dari fire hydrant minimalis ini
mencapi kurang lebih 10 bar. Tekanan air dari fire hydrant minimalis ini
dihasilkan oleh hydrant pump (jockey pump, diesel pump, electric pump) yang
mampu mengasilkan tekanan air mencapai kurang lebih 10 bar. Disamping hydrant
pump didukung dengan pipa hydrant yang mengalirkan air dari tandon air ke fire
hydrant minimalis / fire hydrant pillar.
Pewarnaan Fire hydrant minimalis identik dengan warna terang
merah menyala. Hal ini untuk mempermudah bagi petugas pemadam kebakaran maupun
penggunaan mengidentifikasi fire hydrant yang telah di pasang
Fire Hydran Box
Fire hydrant box merupakan box yang digunakan untuk menyimpan
fire hydrant equipment (alat pemadam
kebakaran). Fire hydrant box dibuat khusus oleh para produsen yang bergerak
dalam bidang di fire hydrant equipment untuk menjaga alat pemadam
kebakaran tersimpan dengan baik, pada saat pemadam kebakaran (fire brigade)
membutuhkan alat pemadam api tahu letak posisinya sehingga tidak membutukan
waktu yang tidak terlalu lama ketika mempersiapkan pemadam api untuk memadamkan
kebakaran. Karena alat pemadam api ini sangat penting tentunya untuk
penempatannya tidak asal sembarang tempat untuk penyimpanannya.
Dengan fire hydrant box tentunya memberi manfaat dan sangat
membantu para tim pemadam kebakaran untuk mempersiapkan peralatan pemadam
kebakaran dan memudahkan menemukan lokasi peralatan pemadam kebakaran.
Disamping hal tersebut dengan menggunakan fire hydrant box ruang simpan fire
extinguisher lebih rapi dilihat dan indah.
Jenis dan Type Fire Hydrant Box dan Kegunaannya
Fire hydrant box memiliki dua (2) jenis untuk digunakan yaitu
hydrant box indoor dan hydrant box outdoor. Untuk hydrant box indoor memiliki
bebepara type antara lain type A1, type A2, dan type B. Sedangkan untuk hydrant
box outdoor lebih dikenal dengan type C. Masing-masing type hydrant box
memiliki kegunaan sendiri-sendiri dalam penempatan alat pemadam kebakaran (fire
extinguisher). Untuk fire hydrant ini dalam painting finish
(pengecetan terakhir) menggunakan powder coating sehingga catnya tahan
lama dan tidak mudah terkelupas.
Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran
§
Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki
suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
§
Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi
dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe
valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan
membuka suatu hose value.
- Menghemat
kerja pompa
- Pompa akan
bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera
mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
§
Semi
Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan
dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem
perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang
terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan
sistem.
§
Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki
suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya,
namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem
diperoleh dari fire department pumper.
§
Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki
suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire
department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire
department connection.
6.
Fire
Detector
Detektor api menanggapi panas,
api, atau asap untuk mendeteksi pembakaran yang panas atau produk daripadanya.
Berbagai jenis detektor memiliki berbagai properti dan menggunakan sifat-sifat
yang berbeda untuk mendeteksi api dan kebakaran untuk mengaktifkan alarm.
a. Panas-sensing. alat indera
Heat-actuated biasanya mendeteksi salah satu dari dua kondisi: 1.) suhu
mencapai tingkat yang telah ditentukan, atau 2) suhu meningkat dengan cepat
tanpa memperhatikan suhu awal. Tipe pertama, perangkat suhu tetap, memiliki tingkat
jauh lebih rendah dari positif palsu (alarm palsu) daripada yang kedua,
detektor rate-of-rise.
b. Flame-penggerak. perangkat yang digerakkan oleh Flame-sensing cukup
mahal, karena mereka merasakan baik energi infra merah nyala atau denyut api,
dan memiliki waktu respon sangat cepat. Detektor ini biasanya digunakan dalam
aplikasi khusus untuk perlindungan peralatan berharga.
c.
Smoke Actuated. Asap api menggerakkan-alat indera yang digunakan terutama dalam sistem
ventilasi; disini perangkat peringatan dini akan berguna. Perangkat fotolistrik
adalah diaktifkan oleh variasi dalam cahaya memukul sel fotolistrik akibat
kondisi asap. Tipe lain dari detektor asap adalah perangkat Deteksi asap
Radioaktif, menghasilkan alarm ketika arus ionisasi yang dibuat oleh bahan
radioaktif yang terganggu oleh asap.
d. Alarm
otomatis Dial-up Fire. Alat ini adalah tipe mekanisme
respon sinyal yang memanggil pemadam kebakaran lokal dan / atau stasiun polisi
dan memainkan rekaman pesan ketika kebakaran terdeteksi. Sistem alarm sering
digunakan dalam hubungannya dengan detektor api sebelumnya. Unit ini tidak
mahal, tetapi dapat dengan mudah sengaja ditumbangkan/dihacked.
7.
Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.
8.
Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
·
Menyerap
panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
·
Menahan
radiasi panas.
·
Bukan
penghantar arus listrik.
·
Menutup
dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi kimia bahan
tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).
·
Menghambat
terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
·
Tidak
berbahaya.
·
Efek
samping yang muncul adalah debu dan kotor.
·
Dapat
berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
·
Sekali
pakai pada tiap kejadian.
9.
Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron
1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
·
Bukan
penghantar listrik
·
Tidak
merusak peralatan
·
Non
Toxic (tidak beracun)
·
Bersih
tidak meninggalkan bekas.
·
Memadamkan
api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
·
Penggunaan
yang multi purpose (semua klas kebakaran)
·
Bisa
digunakan berulang-ulang
·
Lebih
tepat digunakan di dalam ruang
10. Carbon
dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain :
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain :
•
Bersih tidak meninggalkan bekas.
•
Non Toxide ( tidak beracun ).
•
Bukan penghantar listrik.
•
Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
•
Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
•
Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
•
Tekanan kerja sangat besar.
11. Racun
Api Busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
12. Fire
Sprinkler System
Alat
ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme
kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala
sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
2.6 Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
1.
Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar
pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya
api lambat.
2.
Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat
ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:
a.
Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran
pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
b.
Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran
pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
c.
Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar
pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya
api cepat.
3.
Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar
pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan
menjalarnya api sangat cepat.
2.7 Sistem Pencegah
Kebakaran ( Sistem Pemadam Api)
sistem
pemadam kebakaran dalam dua cara: sistem penyiram air dan sistem gas debit.
Sistem sprinkler Air ada dalam
empat variasi:
a.
Pipa basah (Wet Pipe). sistem pipa penyiram Basah
selalu berisi air di dalamnya, dan juga dengan sistem kepala tertutup. Dalam
implementasi yang paling umum: saat terjadi kenaikan panas ke 1650o
F, fusible link di nosel mencair menyebabkan katup gerbang membuka, untuk
memungkinkan air mengalir. Hal ini dianggap sebagai sistem sprinkler yang
paling handal, namun kelemahan utama adalah bahwa nozzle atau kegagalan pipa
dapat menyebabkan banjir air, dan pipa dapat membeku jika terkena cuaca dingin.
b.
Pipa kering (Dry Pipe). Dalam sistem pipa kering,
tidak ada genangan air dalam pipa. Air itu ditahan oleh katup genta. Setelah
kondisi alarm api timbul, katup terbuka, udara ditiup dari pipa, dan air
mengalir. Meskipun sistem ini dianggap kurang efisien,. biasanya lebih dipilih
daripada sistem pipa basah untuk instalasi komputer karena penundaan waktu
dapat mengaktifkan sistem komputer untuk dimatikan sebelum sistem pipa kering
aktif.
c.
Deluge. Sebuah sistem deluge adalah
jenis pipa kering, namun volume air yang keluar jauh lebih besar. Tidak seperti
kepala sprinkler, sistem banjir dirancang untuk memberikan sejumlah besar air
ke daerah dengan cepat. Hal ini tidak dianggap cocok untuk peralatan
komputer, karena waktu yang diperlukan
untuk kembali on-line setelah insiden.
d.
Pra-tindakan (Pra-action). Untuk saat ini sistem air
yang paling direkomendasikan untuk ruang komputer. Ini menggabungkan kedua
sistem pipa kering dan basah, dengan pertama-tama melepaskan air ke dalam pipa
ketika terdeteksi panas (pipa kering), kemudian melepaskan aliran air ketika
link dalam mulut meleleh (pipa basah). Fitur ini memungkinkan intervensi manual
sebelum penuh debit air pada peralatan terjadi.
2.8 Pedoman
Singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran
Adapun pedoman singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran antara
lain ;
1. Tempatkan
APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah
dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri
tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
2. Siagakan
APAR selalu siap pakai.
3. Bila
terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan
terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.
4. Bila
terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk
pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
5. Upayakan
latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.
Perlengkapan
pemadam kebakaran harus :
a. Dipasang
di tempat-tempat yang dicat merah
b. Diidentifikasi
dengan baik
c. Diletakkan
berdekatan dengan pintu evakuasi
d. Dapat
menyertakan alarm
Pelatihan
harus disediakan untuk :
a.
Seluruh staf dan berlatih menghadapi
kebakaran
-
Apa yang harus dilakukan jika alarm
berbunyi
-
Menentukan titik temu evakuasi
-
Pelaporan diri (apel)
-
Peran pimpinan pemadam kebakaran
b.
Para penyelia dan staff yang dipilih
dalam
-
Memeriksa bahwa area kerja yang
ditetapkan telah dievakuasi
-
Menggunakan alat pemadam api
c.
Tim sukarelawan pemadam api
-
Pertolongan pertama dalam kejadian
pemadaman api
Tindakan
pada saat mengetahui kebakaran :
a. Membunyikan
alarm (pecahkan kacanya)
b. Memanggil
dinas kebakaran
c. Memadamkan
dengan alat pemadam api jika aman untuk melakukannya
d. Melakukan
evakuasi melalui rute yang aman dan singkat
e. Menuju
ke titik temu untuk melaporkan diri (apel).
Penanggulangan Kebakaran
§
Jangan
membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang mengandung bahan yang
mudah terbakar
§
Hindarkan
sumber-sumber menyala di tempat terbuka
§
Hindari
awan debu yang mudah meledak
Alat-alat pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran
terdiri dari dua jenis:
a.
Terpasang
tetap ditempat
b.
Dapat
bergerak atau dibawa
a.
Terpasang
tetap di tempat
1)
Pemancar
air otomatis
2)
Pompa
air
3)
Pipa-pipa
dan slang untuk aliran air
4)
Alat
pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa
Alat-alat pemadam kebakaran jenis 1-3 digunakan untuk
penanggulangan kebakaran yang relatif kecil, terdapat sumber air di lokasi
kebakaran dan lokasi dapat dijangkau oleh peralatan tersebut. Sedangkan alat
jenis ke-4 digunakan jika kebakaran relatif besar, lokasi kebakaran sulit
dijangkau alat pemadam, atau tidak terdapat sumber air yang cukup, atau
terdapat instalasi atau peralatan listrik, dan atau terdapat tempat penyimpanan
cairan yang mudah terbakar. Gambar berikut adalah beberapa jenis alat pemadam
kebakaran:
(a)
|
(b)
|
(c
)
|
Gambar (a) menunjukkan rumah (almari) tempat penyimpanan
peralatan pemadam kebakaran. Disebelah kiri adalah tempat gulungan pipa untuk
aliran air, sedangkan di sebelah kanan berisi alat pemadam kebakaran yang dapat
dibawa. Alat jenis ini bisa berisi bahan pemadam kering atau busa.
Gambar (b) adalah alat pemadam kebakaran jenis pompa air.
Alat ini biasanya dipasang di pinggir jalan dan gang antar rumah di suatu
komplek perumahan. Jika terjadi kebakaran di sekitar tempat tersebut, mobil
kebakaran akan mengambil air dari alat ini. Air akan disemprotkan ke lokasi
kebakaran melalui mobil pemadam kebakaran.
Gambar (c) adalah alat pemadam kebakaran jenis pemancar
air otomatis. Alat ini biasanya dipasang di dalam ruangan. Elemen berwarna
merah sebagai penyumbat air yang dilapisi kaca khusus. Jika terjadi kebakaran
di sekitar atau di dalam ruangan, maka suhu ruangan akan naik. Jika suhu udara
di sekitar alat tersebut telah mencapai tingkat tertentu (800) kaca
pelindung elemen penyumbat akan pecah dan
secara otomatis air akan terpancar dari alat tersebut.
b.
Alat
pemadam yang dapat bergerak atau dibawa
Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap
kantor bahkan rumah tangga. Pemasangan alat hendaknya di tempat yang paling
mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran
dan mudah dijangkau saat terjadi kebakaran.
Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut
dapat dilihat pada label yang terdapat pada setiap jenis alat. Setiap produk
mempunyai urutan cara penggunaan yang
berbeda-beda.
Jika terjadi kebakaran di sekitar anda, segera lapor ke
Dinas Kebakaran atau kantor Polisi terdekat. Bantulah petugas pemadam kebakaran
dan polisi dengan membebaskan jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan
orang atau kendaraan lais selain kendaraan petugas kebakaran dan atau polisi.
2. Penanggulangan
Kebakaran Akibat Instalasi Listrik dan Petir
- Buat instalasi listrik sesuai dengan aturan yang berlaku
- Gunakan sekering/MCB sesuai dengan ukuran yang diperlukan
- Gunakan kabel yang berstandar keamanan yang baik
- Ganti kabel yang telah usang atau acat pada instalasi atau peralatan listrik lain
- Hindari percabangan sambungan antar rumah
- Lakukan pengukuran kontinuitas penghantar, tahanan isolasi, dan tahanan pentanahan secara berkala
- Gunakan instalasi penyalur petir sesuai standar
Penanganan Luka akibat kebakaran
Luka disebabkan
karena api, benda-benda panas, air panas, liran listrik, dan bahan kimia.
Derajat Luka Bakar:
Derajat I: hanya
mengenai permukaan (epidermis), berupa warna kemerahan pada kulit, ada rasa
nyeri, biasanya sembuh spontan dalam waktu 7-10 hari.
Derajat II:
mengenai lapisan dermis, terjadi gelembung berisi cairan, terasa nyeri, dengan
peralatan baik sembuh dalam waktu 10-14 hari.
Derajat IIB:
mengenai dermis bagian dalam, gelembung-gelembung biasanya pecah, warna pucat,
rasa nyeri, embuh lma dan menimbulkan bekas.
Derajat III:
seluruh lapisan kulit rusak, sembuh lama dan menimbulkan cacat yang hebat.
Luka bakar harus
melihat pada derajat kedalaman, permukaan, dan luas luka bakar tersebut. Bahaya
luka bakar luas adalah kondisi dehidrasi yang mengancam jiwa penderita.
Pertolongan:
Pertama, kita harus membebaskan tubuh penderita dari bahan penyebab. Daerah
yang terbakar cukup cukup di rendam/ di siram dengan air dingin (jangan air es)
karena akan menambah sakit. Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan
tambahan cairan untuk mencegah dehidrasi, jika wilayah terbakar > 10%
penderita harus dirawat di RS.
2.9 Fasilitas
Penunjang
Keberhasilan
pemadaman kebakaran juga ditentukan oleh keberadaan fasilitas penunjang yang
memadai, antara lain :
1. Fire
alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya
peristiwa kebakaran. Beberapa kebakaran terlambat diketahui karena tidak ada fire
alarm, bila api terlanjur besar maka makin sulit memadamkannya.
2. Jalan
petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam
kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga
perlu jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk
itu diperlukan fasilitas :
a.
Daun pintu dapat dibuka keluar
b.
Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci
c.
Lebar pintu dapat dilewati 40
orang/menit
d.
Bangunan beton strukturnya harus mampu
terbakar minimal 7 jam.
Diskusi
Permasalahan Fire protection
Dalam permasalahan Pemadaman
kebakaran, ada beberapa pertanyaan seputar permasalahan yang harus
didiskusikan, antara lain :
1.
Apa
saja lingkup pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai petugas
kesehatan dan keselamatan di bidang fire protection?
2.
Bagaimana
cara memastikan bahwa system pemadam Kebakaran selalu dalam keadaan siap?
3.
Apa
saja jenis detector yang dipergunakan dalam instalasi system pemadaman
kebakaran?
4.
Berilah
nama di bagian-bagian berikut!
Jawaban
1.
Lingkup
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai petugas kesehatan dan
keselamatan kerja di bidang fire protection adalah :
· Memastikan
peralatan dan material Pemadam Kebakaran - siap
· Mengawasi
semua pekerja yang ada di site menggunakan APD.
· Memastikan
bahwa area kerja dalam keadaan aman dan sehat.
· Melakukan
Safety Patrol
·
Menyiapkan peralatan safety &
APAR
2.
Cara
memastikan bahwa system pemadam kebakaran selalu dalam keadaan siap adalah melakuan
inspeksi dan pengetesan secara rutin, mengganti atau memperbaiki (maintenance)
pada peralatan yang rusak.
3.
Detektor
yang dipergunakan dalam instalasi system pemadam kebakaran adalah : Smoke Detector, Heat Detector, Fire Detector,
Carbone Detector dan Hydrogen Detector.
4.
Nama
alat no :
1 Raw water tank A & B
2 Pressurized air tank
3 Jockey pump A & B
4 Electric driven fire pump
5
Diesel driven
fire pump
6
Fire hydrant
7
Fire hose
8
Nozzle
9
Sprinkle
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril,
materil bahkan sering kali juga keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut
menimpa fasilitas publik misalnya Pasar Besar di kota Malang, Pasar Tanah Abang
di Jakarta, Gedung BI di Jakarta dan lain sebagainya maka yang menderita
kerugian tentu masyarakat banyak. Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas
maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi
kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip, barang antic, sertifikat dan
lain sebagainya. Oleh karena itu mencegah terjadinya kebakaran merupakan
pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran.
Pertimbangan utama mengapa perlu upaya
penanggulangan bahaya kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran
di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak
dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus
dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran,
penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin
melalui perencanaan yang baik.
Daftar
Pustaka
Keputusan menteri negara pekerjaan umum nomor: 11/kpts/2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
http://www.konsultank3.com/analisa-pekerjaan-k3-task-analysis-224.html
diakses terakhir pada 18 September 2014
Ridley, Jhon, 2008,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, edisi ketiga,
Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Suma’mur, P.K, Dr.,
M.Sc, 1981, Keselamatan kerja dan
Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : PT. Gunung Agung.
0 komentar:
Posting Komentar